The Story About Bejo

Kehidupanku sebagai Bejo Aku indah, maskulin, warnaku biru membawa ketertarikan siapapun yg melihat. Tubuhku gemulai, siripku menggelora seperti merak. Walau berpostur kecil, tapi memang seumumnya umurku. Aku tinggal bersama seorang pemimpin yg sangat bertanggung jawab pada keluarganya. Beliau mencari nafkah dg menernakan teman-temanku termasuk aku. Sore itu datang seorang cewek berkerudung yg badannya seperti tak berisi terus saja melihatku tanpa menggubris teman-temanku. Sepertinya memang pesonaku telah menghipnotisnya. Oh tidak, sepertinya ia berniat membeliku dg harga kecil. Tuanku rela memberikanku pada gadis itu ? astaga. Terjadi. Dengan uang bergambar Baharuddin itu, aku telah jatuh ke tangan gadis itu. Siapa namanya? Aku tak mau tau. Pasti lebih jelek dari pada aku. Oke. Sekarang aku telah berada di tempat baru. Lebih bersihlah dari yg dulu. Dan dengan bangganya gadis itu memperkenalkan aku kepada teman-temannya. “ kenalin rek, ini namanya B to the E to the J to the O, BEJO. “ Gilaak, jelek banget tu anak kasih nama aku. Itu ma nama kakek, kakeknya, kakeknya, kakeknya, kakeeeknyaa, tetangganya kakekku. Jaman purba bangeett. Dan oke sekarang aku harus manggil dia Nyonya. Aku berada di aquarium kecil yang mungkin jika lebih dari 12 jam tak diganti airnya, aku bisa mati karna tak kuat menahan bauku sendiri. Diatas aku ada sebuah kotak besar yang sangat berisik tapi gak tau kenapa nyonyaku dan teman-temannya suka nontonin di depannya. Terkadang sampai ketawa-ketawa, bahkan guling-guling. Oh sudah gila apa ini semua. Terkadang aku juga merasa ingin nimbrung bareng bersama mereka. Tapi tidak, aku tak punya kaki maupun tangan. Aku bisanya hanya berenang-renang di tempat sempit ini. Sore ini gak tau kenapa si nyonya mengisi air di aqua ku hampir penuh, dan kali ini aku di tempatkan di atas lemari. Aku menari-nari bahagia untuk meregangkan tubuhku yang sudah pegal-pegal ini. Ooh, dan karena semangatnya aku keluar dan terjun bebas dari atas lemari hingga lantai yang tingginya mungkin 2 meteran. Bruuuukk. . kepala dan badanku sakit semua bro. Dan apa, tak ada air disini. Tuhan, aku masih hidupkah? Kirimkan aku malaikat pencabut nyawa saja! Aku tak kuat menahan sakit ini. Datanglah teman sekamar nyonyaku yang kaget melihat aku meliuk-liuk di lantai tak berdaya. Lalu Tangan halusnya mengangkatku dan mengembalikanku ke aqua. Dimana si nyonya ini? Oo, dia rupanya sedang pergi. Dan apakah dia tau gara2 dia aku hampir mati ? . sebaiknya dia tau. Hari ini, hari berikutnya, tampaknya nyonya tak peduli aku lagi. Dia selalu sibuk dengan kuliahnya, pacarannya, dan main-mainnya. Disaat aku lapar, aku hanya bisa memakan plankton-plankton kecil di aquaku yg airnya sudah tak bisa dibuat ngaca. Ooh, aku harus sabar dengan ini. Dengan kehidupanku sebagai bejo. Tak se Bejo namanya ternyata. 

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top